Sore yang senyap, disela-sela kelas pelatihan jurnalistik. Sementara berlangsung materi tentang Perempuan dan Media, saya tidak mampu menahan rasa kantuk. Sehingga kuputuskan untuk keluar ruangan sejenak menyegarkan badan agar tidak mengantuk lagi. Di sisi luar ruangan aku duduk sambil menggerakan kaki, tangan, dan melemaskan leher serta tulang belakang. Tiba-tiba telingaku mulai mendengar percakapan menarik di lorong menuju ke toilet. Akupun pergi melihat.
Dua orang berbaju hitam. Keduanya adalah peteater kawakan di Sulawesi Utara. Yang satu membelakangiku berambut kribo seperti sarang tawon, agak pendek dan perawakannya terlihat sangar dan menakutkan, namun lucu. Ompi Setlight nama kawanku itu. Segudang prestasi dibidang seni teater telah diperolehnya, pernah beberapa kali mendapatkan penghargaan actor terbaik Sulawesi Utara. Seorang lagi berdiri lagi menghadap ke arahku. Tinggi, kurus, berambut gondrong, dengan celana jeans koyak tampak mengepulkan asap rokok dari bibir lebarnya. Hence Maahuri, namun dia populer dengan nama Cox atau Ello. Yang satu ini memiliki kemampuan lebih luas lagi. Berbakat seni teater, memiliki kemampuan fotografi yang baik beserta model-modelnya yang cantik, juga ahli dibidang arsitektur dan design grafis.
“ini dia contohnya, kalo so ta gate deng parampuang” ujar Ompi kepadaku yang ternyata mengetahui kalau aku di belakangnya. Hence terdiam sejenak lalu menertawakan ucapan Ompi kepadaku. “Lanjut joh” ujarku dengan senyum.
“Torang kwa da sementara beking konspirasi vor mo serang di dalam” ujar Ompi. “hehehehehe…” diikuti tertawa lepas aku dan Hence. Tampaknya mereka berdua sedang merancang sesuatu yang serius sebelum aku datang. Sejenak terhenti karena kedatanganku. “bagini kwa, torang ada rencana vor kegiatan GEMA Minahasa (Gerakan Mahasiswa Minahasa)” Ompi membuka suatu pernyataan yang tampaknya amat serius untuk didengarkan. Aku tak sabar mendegengarnya.
“Rencananya torang mo beking pementasan Teater vor anak-anak SMA di Tomohon”. Dengan keseriusan dan semangat tinggi Ompi menyampaikan rencana kegiatan itu. Aku kagum. Dan mulai lebih tertarik lagi mendengar ucapan Ompi.
Tomohon adalah kota yang sangat dikenal dengan dunia pendidikan selain gelar kota tersebut sebagai Kota Bunga. Banyak sekolah didirikan di kota Tomohon ini. Mulai dari sekolah yang dikelola oleh pemerintah sampai pada sekolah yang dikelola oleh pihak swasta. Sebagian besar sekolah swasta dikelola oleh Gereja, Kristen maupun Katolik. Ada juga madrasah yang dikelola oleh umat Islam. Dan ada juga institusi pendidikan yang dikelola oleh umat Budha. Tomohon ditetapkan sebagai Kota oleh DPR-RI pada 27 Januari 2003 melalui UU No. 10 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon. Berpisah secara administratif dari Kabupaten Minahasa.
Dunia pendidikan di kota Tomohon berkembang dengan pesat. Menurut catatan padamu.dapodik.org, terdapat 92 sekolah di kota Tomohon. Sejumlah akademisi handal di Sulawesi Utara mengatakan bahwa kota Tomohon adalah parameter pendidikan di Provinsi Sulawesi Utara. Sekolah Menengah Atas yang tergolong handal dan berstandar internasional seperti SMA Lokon St. Nikolaus dan SMA Kristen 2 Binsus sudah tidak diragukan lagi kualitasnya. Selain itu, beberapa kampus handal di Sulawesi Utara berdiri di kota sejuk ini. Antara lain Universitas Kristen Indonesia di Tomohon (UKIT), Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Manado (FIP UNIMA), Institut Teknologi Minaesa (ITM), Universitas Sari Putra Indonesia di Tomohon (UNSRIT).
Saking pesatnya perkembangan pendidikan di kota Tomohon, sehingga menjadikan Tomohon sebagai basis para intelektual muda, budayawan, seniman. GEMA Minahasa adalah salah satu basis intelektual muda yang berpusat di kota Tomohon.
“Torang mo beking ini vor mo rekrut para peteater baru dari Tomohon, khusus Tomohon saja” tambah Ompi dengan semangat tinggi. Begitu potensialnya Tomohon membuat Ompi ingin mengembangkan dunia seni teater di kota bunga ini.
“Setelah torang beking ini kegiatan, nantinya dorang akan dipilih untuk berkarya lagi dilevel yang lebih tinggi, yaitu di Balai Bahasa”. Ompi ternyata memiliki keinginan mengorbitkan para peteater muda nanti untuk berkarier dijenjang lebih tinggi dari pada jenjang sekolah atau seputara kota saja. Memang potensi seni teater sangat subur di Tomohon, begitu juga dengan potensi kebudayaan seperti seni tari tradisional. Tomohon menjadi patron budaya Minahasa. Seni teater di sekolah-sekolah sudah diketahui kemampuannya oleh Ompi, para peteater muda tumbuh dengan sanggar-sanggar seni melalui sekolah, gereja, maupun wadah yang mereka bentuk sendiri.
“Kegiatan ini nantinya akan digelar sekitar bulan Agustus 2012 dan torang musti kerja keras menyusun dan mempersiapkan kegiatan ini sejak bulan Mei 2012”. Tambah Ompi meyakinkan saya untuk melaksanakan kegiatan.
Hence diam saja. Aku tahu hal ini yang mereka diskusikan tadi dengan serius sebelum aku bergabung. Hence menikmati Gudang Garam Surya-nya dengan begitu serius.
“Oke, kalo bagitu torang mo bicarakan deng kawan-kawan GEMA Minahasa laeng tentang kegiatan ini”. Aku meyakinkan Ompi dengan pernyataan itu. Karena menurutku, kegiatan ini nantinya bisa menjadi sebagai langkah awal perekrutan anggota GEMA Minahasa setelah para peteater yang adalah siswa menjadi mahasiswa nanti.
Ompi tersenyum dengan khas. Sambil mengepulkan asap tebal dari bibirnya. Ompi dan Hence terlihat puas. Dan rasa kantukku telah hilang. Aku kembali ke ruang workshop untuk melanjutkan diskusi dengan pemateri.
0 komentar:
Posting Komentar